“Tertawalah”
Pada saat anda tertawa, secara bersamaan anda mengasah kemampuan otak kanan anda. Coz, pada saat anda tertawa otak kiri anda tidak berpikir. Jangan berpikir kenapa anda tertawa, biarkan otak kanan melahan gurauan demi gurauan.
Tetawa itu menular lebih cepat daripada menguap. Dampaknya, manfaat tertawa pun menjalar kebih cepat.
BUKTIKAN ITU!!!!!
Wasiat kedua
“Game”
Menurut ikon genius Albert Einstein, game adalah bentuk investigasi paling tinggi. Dibeberkan dalam sebuah penelitian, begitu berkutat dengan game tertentu, maka anda akan mempertajam kemampuan otak kanan anda, terutama dalam memecahkan masalah yang meniscayakan identifikasi pola. sadarilah, manusia merupakan mahluk yang ingin bermain (homo ludins).
Wasiat ketiga
“Cerita”
Dalam pemasaran, tahu sendiri kalau kesaksian cerita dari mulut ke mulut. Cerita diyakini sebagai satu-satunya mantra penjualan. Satu hal yang pasti, dengan sederet cerita anda dapat menggeber closing di sana sini.
Wasiat keempat
“Metaphor (kiasan)”
kiasan dengan segala rona dan pesona dapat menghibur, mendramatisir, dan menyederhanakan. Kiasan dapat merangsang muatan-muatan yang tergantung di otak kanan. Kesimpulannya, otak kanan adalah rumah bagi gurauan(humor), permainan(game), cerita (story)’ dan kiasan(metaphor).
Wasiat kelima
“Creativitas”
Krearivitas bukanlah semata-mata soal menguras ide, tetapi juga soal berburu solusi, membalikkan cara pandang, menggerebak perubahan, atau aktivitas sejenis. Galileo Galilei berpendapat, otoritas seribu orang tidaklah setara dengan logika seorang individu.
Wasiat keenam
“Visual”
Tidak perlu giragukan lagi, sekarang ini pernak-pernik yang dicari, dinanti, dan dibeli pasti yang memiliki desain (design), warna(colour), dan visual (visual). Harga bisa menanjak dan melonjak hanya jika diimbuhi dan dibubuhi dengan desian.
Selain desian, warna juga termasuk deskripsi tugas otak kanan. Ketika anda memajang sederet barang, maka lapisan terluar dan paling terlihat oleh konsumen adalah warna. Konfusius berpesan,”Sebuah gambar setara nilainya dengan seribu kata.”
Wasiat ketujuh
“Musik”
Dalam kehidupan bernegara, orang mengenal lagu nasional untuk menumbuhkan rasa nasionlaisme. Dalam dunia film, orang mengenal soundtrack agar film lebih mempunyai greget. Musik bukan sekedar musih. Musik adalah bisnis. Musik adalah pilihan hidup.
Misalnya jinggle, yang dianalogikan sebagai pesan merek dalam format musik. Siapa yang tidak mengenal layanan dari operator seluler, RBT. Itu contoh kecil dari bisnis musik.
Wasiat kedelapan
“Intuition”
Satu alasan tunggal kenapa orang terbatas pencapaiannya, karena mereka membatasi pekiran mereka. Pikiran hanya meniscayakan pondasi, bukan atap. Perlu ditetapkannya tujuan dan itula deskripsi otak kanan. Imajinasi itu perlu dikristalkan menjadi visi. Setelah itu?? Pancangkanlah intuisi. Dengan intuisi yang terasah, mereka mampu mengupas dan menguliti problema demi problema.
Wasiat kesembilan
“Sintesis”
Ada 5 jenis sintesis: generalist, crosser, tricker, connector, dan detector.
Pertama, generalist. Orang yang piawai mengangkangi sejumlah bidang sekaligus. Ukuran paling tepat untuk menguji kecerdasan tingkat tinggi adalah kemampuan untuk menyimpan dua gagasan berlawanan sekaligus dalam pikiran, namun kedua-duanya berfungsi.
Kedua, crosser. Tipe orang yang meninggalkan sati bidang, menyeberang ke bidang lain, dan berhasil di bidang barus tersebut. Crosser merupakan indivisu yang kratif.
Ketiga, tricker. Tipe orang yang gesit menyongsong ketidakpastian, ketidakteraturan, bahkan ketidakpastian.
Keempat, connector. Tipe orang yang handal menghubungkan hal-hal yang mulanya tidak ada hubungan.
Kelima, detector. Tipe orang ayng jeli mengurai pola-pola kompleks.
Wasiat kesepuluh
“Empathy”
Mendengar merupakan anak semata wayang dari empaty. Dengan mendengar, pikiran pelanggan bisa ditelusuri dan di pahami kebutuhannya, barulah kemudian menawarkan solusinya. Manusia adalah mahluk sosial. Oleh karena itu, manusia ingin memupuk hubungan, bukan sekedar keuntungan. Sehingga manusia perlu empati, bukan cuma kalkulasi. Ingatlah dua hal. Pertama, sympathy is empty without empathy. Kedua, empathy is sister of hospitality.
Wasiat kesebelas
“Hospitality (keramahtamahan)”
Kata Miguel Cruzatta dari reader’s digest, “sopan santun itu bagai udara di dalam ban. Harganya murah namun bisa membuat perjalanan menjadi lebih nyaman.” Keramatamahan dan kerukunan merupakan budaya yang telah berurat akar. Tindakan nyatanya berupa sopan santun. Pengusaha, pengacara’ pengajar, penyanyi, dokter, jurnalis, pialang, pokoknya semua profesi yang mensyaratkan people contact, juga tidak boleh lepas dari keramahtamahan.
We all are in hospitality business..
Wasiat keduabelas
“Gratitude (bersyukur)”
Andai seluruh proses menuju kekayaan material, mental, dan spiritual dipadatkan menjadi satu kata, maka kata itu adalah ‘syukur’. Tidak mengherankan apabila seluruh agama menganjurkan dan mengajarkan kita untuk menghafalkan dan melafalkan kata syukur. Ini nukan kalkilasi pahala semata, tetapi sebagai modal untuk sukses. Setiap kali anda menyebut kata syukur atau menyimpan kata syukur, pada waktu yang sama anda membekali diri anda dengan energi-energi positif. Janganlah kita hanya pandai meminta kepadaNya, kita juga harus panda bersyukur.
Wasiat ketigabelas
“Meaning (pemaknaan hidup)”
Hampir 60 persen orang Amerika Tengah memikirkan dan mencari makna hidup. Termasuk orang Jerman, Inggris, dan Jepang. Setiap individu mesti memperjuangkan hidup dan menemukan makna hidup. Ini merupakan salah satu inventori otak kanan. Sebuah falsafah mengisyaratkan, “jangan pernah merintis sesuatu hanya karena uang. Dan jangan pernah mengakiri sesuatu hanya karena uang.” Pepatah Tiongkok bahkan lebih ekstrim lagi, Orang yang mencintai tidak melihat kekayaan. Sebaliknya orang yang melihat kekayaan tidak mencintai. Inti dari pepetah tersebut sebenarnya mengajak kita untuk tidak menempatkan materialitas sebagai nilai yang tertinggi. Ada porsi untuk materialitas, ada porsi untuk spritualitas, dan ada pula titik temu antara materialitas dan spiritualitas. Kalau seorang profesional masih memusingkan soal karir semata, berarti ia masih berada di tataran materialitas.
Inilah penggalan yang dapat ditarik dari buku “13 wasiat terlarang” karya Ippho Santosa PhG.
hanya kata syukur dan terima kasih kepada teman yang telah meminjamkan buku ini untuk saya baca dan terima kasih kepada bung Ippho atas karyanya yang sangat inspiratif ini. Semoga apa yang ditulis dalam buku tersebut dapat menginspirasikan banyak orang. Amin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.